Senin, 23 Juni 2008

The Queen

Sebuah film tentang kerajaan monarki terbesar di bumi ini, yakni Inggris yang dideskripsikan melalui sudut pandang Ratu Elizabeth II. Setting tahun dibuat sekitar tahun 1997, pasca pemilihan Tony Blair sebagai perdana menteri serta tragedi meininggalnya People’s Princess, Lady Diana yang menghebohkan. Melalui film ini, kita akan semakin mengerti pergulatan pikiran sang ratu dalam menghadapi keluarga, perdana menteri sendiri, dan khususnya media publik. Kegelisahannya dalam bertindak serta sentuhan humanistiknya yang menawan menjadikan sang ratu tak ubahnya sebagaimana manusia biasa yang rapuh, rentan, dan sensitif.


Sang ratu yang beraliran konservatif tidak terlalu suka menonjol apalagi di-blow up pada media seperti halnya Lady Diana. Sudah menjadi rahasia umum pula jika ternyata sang ratu tidak terlalu menyukai Lady Diana yang digambarkan glamour, gila perhatian, tapi juga memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi sehingga dicintai semua orang. Sang ratu berada pada posisi yang sulit pasca kematian People’s Princess ini. Media menuntut agar sang ratu lebih terbuka, namun tentu saja ia tidak suka dibantah apalagi didikte.

Hal yang dikritisi habis-habisan oleh media seperti halnya, sikap keluarga kerajaan yang tidak memberikan pernyataan seputar kematian Lady Diana, tuntutan agar keluarga kerajaan segera pindah dari istana Bristol ke Buckhingham di London, serta pengibaran bendera setengah tiang. Seiring tekanan yang bertubi-tubi dan meningkat dari hari ke hari, akhirnya sang ratu berkenan juga memenuhi seluruh tuntutan itu. Bukan apa-apa, semua itu hanya demi memenuhi keinginan rakyatnya.

Yup, sebuah film yang dikombinasikan dokumenter ini terkesan riil. Sayang sekali, kehadiran pemeran yang lain seperti tempelan belaka. Pangeran Charles kurang memberikan greget yang nyata, anehnya tampangnya jauh sekali dengan Charles yang asli. Begitu pula Pangeran Philip, suami sang ratu. Sementara ibu suri malah terkesan terlalu gemuk. O ya, pemeran Tony Blair bermain lumayan cemerlang. Di akhir film, ia dan sang ratu kembali berdiskusi tentang kondisi aktual negeri. Pesan yang ditangkap dari film ini ialah ketakutan sang ratu akan penyesuaian kerajaan pada modernisasi serta sikap yang harus ditempuhnya terkait dengan media dan publik.

Bagaimanapun kegelisahan ratu yang gundah antara menjaga keluarganya maupun rakyat Inggris sebagai sebuah kerajaan monarki terhadap benturan media, cukup terakomodasi dengan sebaik-baiknya. Akting brilian Hellen Mirren sanggup mengejawantah dalam sosok Ratu Elizabeth II nyaris tanpa cacat. Kegundahan, gerak-gerik khas rata, hingga pergulatan pemikirannya terdeskripsikan sesuai kondisi riil. Tak pelak, lewat film inilah ia berhasil menyabet piala Oscar sebagai aktris terbaik. Di usia senja, Hellen Mirren makin matang dalam kebersahajaan dan kualitas akting mumpuni.

Tidak ada komentar: