Sabtu, 21 Juni 2008

Babel

Bosan menonton film yang cenderung mengumbar adegan aksi tanpa menyentuh sisi kemanusiaan atau membuat kita merefleksi sejenak setiap jengkal perjalanan kita sebagai ciptaan Tuhan? Singkirkan dulu stereotype Hollywood yang itu-itu saja. Sekarang nikmati alur film yang baru saja menyabet gelar sebagai Film Terbaik di ajang Golden Globe Awards 2007 dan nominator Oscar ini. Judulnya singkat, Babel.

Sebuah film yang mengakomodir empat kisah-kisah dramatis di tiga benua, dalam cerita yang awalnya tak berkaitan, namun ternyata terjadi saling silang, menggugah dan mengingatkan kita akan banyak hal. Di daerah Maroko, dua bocah, Yossef (Boubker Ait El Caid) dan Ahmed (Said Tarchani), baru saja diberi senapan berkaliber 27 oleh ayah mereka, Abdullah (Mustapha Rachidi), untuk mengawal kawanan ternak. Yang namanya bocah, masih suka main-main, naas bagi sebuah bus wisata yang lewat, peluru Ahmed mengenai salah seorang penumpangnya. Siapakah penumpang itu? Dia wanita Amerika, Susan (Cate Blanchett)yang berlibur di Maroko bersama suaminya, Richard (Brad Pitt).

Perlu diketahui, pasangan ini memiliki dua orang anak yang ditinggal di rumah bersama dengan pembantu mereka, Amelia (Adriana Barzza) yang berdarah Meksiko. Kebetulan pula, bertepatan dengan sepeninggal majikan, Amelia harus menghadiri pernikahan anaknya. Maka, bersama dengan keponakannya, Santiago (Gael Garcial Bernal), mereka berempat melakoni petualangan yang menegangkan sekaligus mengharukan.

Di sisi lain, senapan yang digunakan untuk menembak secara tidak sengaja turis Amerika tersebut, ternyata dimiliki oleh pria Jepang, Yasujhiro (Koji Yakusho) yang memiliki hobi berburu. Yasujhiro sempat memberikan senapannya kepada salah seorang penduduk Maroko sebagai imbalan. Ia juga menghadapi problema yang ditimbulkan anaknya yang masih gadis, Chieko (Rinko Kikuchi) - yang gamang oleh isu keperawanan serta kerasnya lingkungan yang tidak bersahabat.

Seluruh kisah terjalin apik, menyadarkan kemanusiaan yang kokoh. Sayang, saya sendiri kurang merasakan 'greget' sebagaimana menonton film Crash. Padahal kedua film ini sama-sama bercerita masalah bentrok multirasial dan kemanusiaan. Hanya memang, Crash lebih apik dari segi penceritaan maupun pemaknaan terhadap penonton. Babel bagus, namun kurang istimewa.

Tidak ada komentar: