Minggu, 22 Juni 2008

Mengejar Mas-Mas


Mendengar judulnya, lumayan aneh, sama sekali tidak lazim. Ya, biasalah khas film-film Rudi Sujarwo. Baca reviewnya di koran, cukup bikin penasaran. Terutama karena ada Dina Olivia. Biasalah, akting cewek satu ini keren abis dan cihuy punya. Karena penasaran, jadilah gw menonton, padahal duit pas-pasan. Selama ini gw emang jarang ke bioskop dua kali seminggu.


Langsung aja. Film ini dibuka dengan adegan yang menggambarkan keakraban hubungan ayah dan putrinya, Shanaz (Poppy Shovia) lari-lari pagi. O please, dari sini ternyata sudah ada yang mengganggu kenikmatan menonton. Apa itu? pengambilan gambar yang bergoyang-goyang. Maklum, ini salah satu karaktersitik Rudi yang gemar menggunakan teknik hand-held camera.. Awalnya, lumayan realistis, tapi makin lama malah bikin spoiler abis. Mengganggu. Alur cukup klise. Bentrok antara anak dengan ibunya yang ingin kawin dengan lelaki lain,padahal belum genap 8 bulan suaminya meninggal. Maka, Shanaz kabur dan hinggap di Jogja, mengejar pacarnya yang lagi panjat gunung.

Sayang, pacarnya masih lama di atas gunung. Dia kemudian tersesat, kelaparan, dan dikejar preman. Inilah awal perkenalannya dengan Ningsih (Dina Olivia), pelacur yang dihargai Rp 50 ribu sekali kencan. Duh, dengan wajah seelok itu, dia bisa pasang tarif dua puluh kali lebih mahal.

Maka, mereka 'bersaudara' sejenak. Lalu, muncul Parno (Dwi Sasono), pengamen kenalan Ningsih yang sempat dijadikan pacar hanya empat jam saja. "Jam kelima saya putuskan karena tahu dia pelacur," katanya curhat pada Shanaz. Oke, peran Parno di sini sebagai titik tarik ulur antara Ningsih dengan Shanaz. Cukup menarik adegan ketika Ningsih ternyata cemburu sewaktu tahu Shanaz pacaran. Alhasil, Parno kudu kecewa ketika jadian sama Shanaz tepat di saat dia mau balik ke Jakarta dijemput pacarnya. Dan, setitik cinta Ningsih ternyata masih ada.



Film ini sebenarnya bercerita tentang tragedi cinta dan kepiluan seorang pelacur, meski hanya tempelan belaka. Akting Dina Olivia memang mantap apalagi sewaktu dia diusir dari kosnya karena ketahuan pelacur (sebelumnya dia mengaku dosen). Beramai-rama warga desa memukuli dan mengusirnya dari desa. Adegan ini benar-benar mengharukan. Dina mempertontonkan kepiawaiannya berakting dengan tetap tegar dan bernyali. Poppy Sovia juga cukup mampu mengimbangi akting Dina yang brilian. Malah Dwi Sasono yang biasanya tampil natural, di sini seperti kehilangan auranya bersanding dua cewek cakep. Weleh-weleh. Apa dia grogi ya? Bagaimanapun, worthed banget nonton film Indonesia yang ini!! Apalagi Dina juga dapat piala Citra. Gak sabar menunggu filmnya mendatang..Hm, such a nice movie!!!



Tidak ada komentar: